cerita dewasa karyawanku partner sexku

Posted on Updated on

foto toge

Wanita normal mana pun di duniapasti tidak akan terima bila
mengetahui suaminyaberselingkuh. Demikian juga aku.Setelah mengetahui, suamiku
yang pejabat di salah satu instansi pemerintah itu ‘tidur’
dengan sekrertaris pribadinya,sudah tak ada minat lagi bagiku
untuk mencari pasangan lain.Kerjaku kini hanyalah mencari
kesenangan dengan cara yangsangat tidak masuk akal. Siapa
pun karyawanku yang kuanggap
kompeten, aku akan membawanya
ke atas ranjang.
Tak perlulah kuceritakan
bagaimana latar belakangku.
Namun perlu diketahui, aku
adalah janda muda kaya raya yang
memiliki harta warisan keluarga
yang berlimpah. Belum lagi,
perusahaan alat berat yang kini
aku kelola adalah peninggalan
suamiku setelah dia menikah lagi
dengan sekretaris pribadinya.
Yang paling penting kini
hanyalah, aku ingin bercerita
tentang sepak terjangku sebagai
seorang penikmat pria-pria muda
yang ‘nota bene’ adalah
karyawanku sendiri. Bila ada
yang ingin mencerca, mungkin
aku memang pantas menerimanya.
Dari lima karyawan pria yang
pernah mampir di atas tubuh
mulusku, salah satunya adalah
Yonda. Pria ini sebenarnya sudah
termasuk pria dewasa, yakni
berusia 27 tahun. Akan tetapi,
karena aku sudah berusia 36
tahun, aku tetap menganggapnya
sebagai gigolo yang memang
pantas dan pandai memuaskan
tubuh mudaku di atas ranjang.
Terlebih, dia begitu materialistis
dan selalu menuntut lebih, walau
Baleno mulus sudah ada di
genggamannya.
Yonda sebenarnya tidak terlalu
tampan. Karena walau tubuhnya
atletis dengan tinggi dan berat
badan seimbang, wajahnya biasa
saja. Bahkan kalau diberi nilai,
Yonda hanya mendapat nilai enam,
dibanding pria-pria muda lain
yang pernah kutelanjangi.
Namun, pelayanannya dan
jilatan-jilatan liarnya di sekujur
tubuhku bagai magnet yang tak
mampu kulepaskan. Sayangnya,
walau dia mengemis ingin
kunikahi, hatiku tetap tak
bergeming. Aku hanya
membutuhkan layanan liarnya.
Satu pengalaman bercinta yang
tak pernah bisa kulupa dengan
Yonda adalah ketika dia tiba-tiba
masuk ke ruang kerjaku ketika
karyawanku yang lain sibuk
bekerja. Seingatku, saat itu
pukul 14.30 Wib, usai makan
siang. “Aku ingin bercinta,”
bisiknya di telingaku setelah
sebelumnya mengunci pintu
kamar kerjaku. Mendengar apa
yang dia katakan, tentu saja aku
agak marah. Akan tetapi, seperti
tak peduli dengan kemarahanku,
dia lantas membalikan kursi
kerjaku hingga menghadap
padanya.
Serta merta dia menyambar
bibirku dan melumatnya dengan
penuh nafsu. Aku yang tadinya
ingin mendorong tubuhnya, jadi
lemas tak berdaya. Di antara
nafasku yang megap-megap,
tangan Yonda bergerilya bagai
cacing kepanasan. Dengan
terampil dia melepaskan blouse-
ku dan mulai menyambar ke segala
arah. Sampai akhirnya dia
menemukan bukit kembarku yang
masih kenyal. “Yonda sayang,”
aku berbisik karena mulai
dipermainkan birahi.
Yonda mendesah sambil terus
melucuti seluruh pakaianku
hingga yang tersisa hanya
pakaian dalam. Perlu diketahui,
aku memang gemar memakai G-
string karena lebih nyaman dan
tidak meninggalkan bekas di balik
rok ketatku. “Aku sudah bilang
berkali-kali, menikahlah
denganku. Tapi kau tidak mau
peduli. Kau hanya sibuk
memikirkan uang dan uang,”
cerca Yonda di balik kesibukannya
mempermainkan birahiku yang
mulai memuncak.
Selanjutnya mungkin aku tidak
perlu bercerita. Karena setelah
Yonda mulai tidak tahan, dia
tanpa sungkan menyingkirkan
semua berkas yang ada di mejaku
dan menidurkan tubuh
telanjangku di atas meja. Di
antara sejuknya udara pendingin
ruangan, kembali, untuk
kesekian kalinya aku merasakan
kenikmatan bercinta dengan
Yonda. Aku mengatakan bercinta,
karena aku melakukannya dengan
sukarela dan atas dasar sayang.
Ya, aku memang mulai menyayangi
Yonda. Tidak seperti karyawan
pria lain yang pernah menjamah
tubuhku, Yonda begitu piawai
membawaku ke awang-awang. Dia
seperti mengerti, sudah
kunikmatikah bagian tubuhnya
yang masuk ke dalam tubuhku,
atau sudah sampai di puncakkah
perjuangan birahi kami, atau
akau memang belum
mendapatkannya. Yonda sangat
mengerti itu semua.
Aku kecanduan Yonda. Aku sangat
menggemari apa saja yang dia
lakukan dengan tubuhku. Namun,
sampai sekarang aku tidak pernah
memiliki keinginan untuk
menjadikannya suamiku.
Perbedaan usia kami demikian
besar. Aku tidak ingin dianggap
sebagai pelahap daun muda.
Biarlah apa yang kurasakan kini,
kunikmati dengan cara kusendiri